Aku merasa kesepian, tidak ada tawa yang membuatku hangat itu. Kini aku kedinginan di bangku-ku. Apa ini? Rasa sedih? Aku harusnya tak mengenal rasa sedih? Inikah rasa hidup itu?Nii-Chan tak sekalipun menatap padaku. Ia sudah terpaku dengan Li-Chan dan kawan-kawannya. Aku sendiri sekarang, duduk dengan berdoa agar mereka semua akrab. Tapi, apakah ini yang aku inginkan? Apakah ini yaang aku harapkan untuk kebahagian Nii-Chan? Aku jadi bingung.
Aku sesekali melirik Nii-Chan, tapi dia tetap tak meliriku. Mungkin itulah yang diharapkan Nii-Chan, berada di sisi temannya yang dulu. Aku merasa bersalah telah berada di samping Nii-Chan selama 3 bulan ini. Setiap aku bertemu dengannya, aku acuhkan dia. karena aku tak mau melihat dia bersama temannya dan meninggalkanku. Tiba-tiba datang Fakushima datang dan menanyaiku, "kenapa nggak bareng sama Niiko?". Aku hanya terdiam, tak tahu harus menjawab apa. Jika aku menjawab "sedang malas", pasti ia akan berpikiran buruk tentangku, tapi jika kubilang "dia sudah menemukan teman baru" nanti Fakushima salah paham. Aku tak tahu harus bagaimana. Aku langsung menjawab "lagi malas", biar saja apa yang dipikirkan Fakushima, yang penting Fakushima tidak jadi membenci Nii-Chan. Aku berbuat seperti itu karena Nii-Chan menyukai Fakushima-sama. Jika Fakushima membenciku, aku tidak masalah. Karena aku tak bermaksud apa-apa dengan dia. Yah, aku tak berminat dengan status 'pacaran', sih. Aku juga belum mengerti tentang ini. Yang penting, impian Nii-Chan sudah terselesaikan dan aku harus mencari tahu rasa apa yang menghantui aku ini.
Continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan saya kata di setiap anda membaca
Aku masih kecil, loh!