Terakhir kali aku merasakan rasa suka itu.
Ketika aku mengungkapnya...
Perasaan sukaku tumpah dan tak tahu hilang ke mana...
Dan berakhir saat aku kelas 1 SMP...
"Aku nggak ngerti rumus Matematika!!!" kataku nyaring saat Nanda bertanya tentang 'apa yang diajarkan saat pelajaran matematika.'
"Kamu daritadi ngapain aja!" Nanda memeriksa buku catatanku yang kosong untuk pelajaran hari ini.
Dalam hati aku mengaku bahwa aku tidur di kelas lagi. Bukan hanya itu, karena aku dihukum, aku jadi tidak bisa memperhatikan pelajaran yang benar.
Aku sering sekali dihukum karena tertidur di kelas, bercanda, ngobrol dan masih banyak lagi. Aku tak akan melupakan insiden pelajaran Matematika yang aku benci! Di saat pelajaran inilah aku sering dihukum, jadi, aku pindah ke bangku paling belakang agar tak terlihat. Tapi nyatanya, tetap saja dihukum!
Matahari yang cerah, angin sepoi-sepoi, suasana bahagia.
Hanya dengan ini saja, aku teringat komik debut yang menyebutkan bahwa sang cowok dapat mengerti isi hati sang kekasih dari cuaca. Dengan tekad ini, aku akan mencari cowok yang bersemangat dan ceria!
Sebenarnya aku membutuhkan cowok ini untuk menjadi sahabat, mungkin? Orang-orang yang ceria biasanya selalu bijak dalam menangani hidup. Aku perlu kebijakan itu!
Keliling, keliling, keliling.
Hanya mendapatkan suatu yang disebut capek dan pegal. Cuaca sudah berubah. Awan menutupi matahari, membuatnya menjadi sedikit gelap.
Apa kamu sedang sedikit ragu?
Aku hanya menatap awan yang menutupi matahari sejak tadi. Matahari tak kunjung datang. Berarti kau lagi punya banyak masalah, ya?
Cuaca menjadi mendung, dan seketika, menjadi hujan.
Walau sudah jam pulang sekolah, aku tak bisa pulang sampai hujan reda.
Aku menggendong tasku ke sana-ke mari. Tapi hujan tak kunjung reda pula.
Kuputuskan pergi ke lantai dua, semua deretan kelas-kelas tiga.
Kau masih sedih, ya?
Tenang, kalau ketemu, aku akan sedikit lebih menghibur.
Di antara kelas-kelas kosong itu, duduk seorang cowok yang kelihatannya seperti dilanda masalah.
Ya, itu kan Kak Iqbal.
Kakak kelas yang sering mempunyai masalah dengan pihak sekolah.
Tampaknya dia sedih. Tapi, daripada aku mendapat masalah.
Tapi, mana semangatku yang tadi? Mungkin saja dia butuh hiburan. Mungkin Kak Iqbal punya kebijaksanaan yang aku butuhkan?
Siapa tahu?
Aku mondar-mandir didepan kelasnya. Berharap aku mendapatkan kesempatan untuk menegurnya. Sepertinya dia tak memperhatikan.
Aku menengok ke pintu beberapa kali. Sepertinya dia sudah mulai kesal. Aku takut secara otomatis.
Daripada dia marah, aku kabur saja.
Terlambat.
Kak Iqbal menegurku dengan keras.
Aku membatu, tak bisa bergerak, karena kaget.
Teriakannya seiring dengan kilat di depanku.
Berarti benar, ya. Kaulah orangnya...
To be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan saya kata di setiap anda membaca
Aku masih kecil, loh!